Insight     Belajar dari Unilever untuk Menjaga Kesehatan Mental Karyawan

Belajar dari Unilever untuk Menjaga Kesehatan Mental Karyawan

Oct 05, 2022

People

Share it:
            

Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental semakin urgent belakangan ini. Kesadaran ini memunculkan konsep keseimbangan hidup (life balance) antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau sosial. 

 

Sejalan dengan itu, beberapa perusahaan juga sudah mulai menjalankan inisiatif untuk menciptakan ekosistem kerja yang kondusif dalam menjaga kesehatan mental karyawannya. Salah satu perusahaan yang serius memperhatikan kesehatan mental karyawannya adalah PT Unilever Indonesia Tbk. 

 

Dalam menerapkan konsep tersebut, perusahaan yang bergerak di bidang Fast Moving Consumer Goods (FMCG) ini menjalankan serangkaian survei serta berbagai program. Bahkan sampai membuat tim khusus untuk memantau kesehatan mental karyawannya.

 

 

Konsep Kesehatan Mental di Unilever

Perusahaan multinasional ini melihat konsep kesehatan mental sebagai kesatuan atas empat hal, yakni physical wellbeing, mental wellbeing, emotional wellbeing, dan being purposeful atau mempunyai tujuan hidup. Direktur Human Resources Unilever Indonesia, Willy Saelan, dalam sebuah diskusi secara daring menjelaskan, “Empat hal tersebut tidak terpisahkan dan harus dilakukan secara bersamaan. 

 

Physical wellbeing berkaitan tentang bagaimana kita melihat kesehatan diri sendiri. Itu dimulai dari pola makan, kegiatan fisik sehari-hari, pola tidur, mengelola level energi, dan bagaimana kita memastikan bahwa semuanya kita lakukan secara konsisten. 

 

Sementara itu mental wellbeing atau kesehatan mental adalah tentang bagaimana kemampuan kita bereaksi atas suatu hal yang bisa menyebabkan stres. 

 

Ketiga adalah emotional wellbeing atau tentang bagaimana cara kita berpikir dan bertindak positif. 

 

Lalu, yang keempat adalah purposeful atau memiliki tujuan hidup. “Di Unilever, semua karyawan yang baru bergabung wajib mengikuti workshop yang bertujuan membantu mereka menemukan tujuan hidup, dan bagaimana tujuan tersebut mempengaruhi kinerja mereka di Unilever,” terang Willy. 

 

Sebagai informasi, secara definitif wellbeing adalah keadaan seseorang yang memiliki rasa bahagia, tingkat kepuasan yang baik, tingkat stres yang rendah, serta kualitas hidup baik fisik dan mental yang terjaga baik. 

 

 

Inisiatif Pentingnya Kesehatan Mental di Unilever

Adapun sejumlah inisiatif yang dilakukan Unilever sebagai bentuk kesadaran perusahaan akan pentingnya kesehatan mental karyawan, antara lain:

 

Membuat Tim Khusus

Kesadaran pentingnya kesehatan mental karyawan diwujudkan dengan membentuk tim khusus untuk mengawal penerapan kesehatan mental di perusahaan tersebut. Uniknya, tim bernama Wellbeing Squad ini bukan datang dari departemen Human Resources (HR), melainkan lintas divisi. Mereka ini secara sukarela menawarkan diri. Tim akan bekerja selama enam bulan sampai setahun. 

 

Survei Karyawan

Tahun lalu, ketika pandemi Covid-19 masih merajalela, Wellbeing Squad melakukan survei yang melibatkan 830 karyawan Unilever sebagai responden. Hasilnya, level burnout karyawan berada pada tingkat moderat, namun mereka merasa beban kerja agak berlebihan dan belum leluasa membicarakan kesehatan mental. Dari hasil survei inilah perusahaan membuat berbagai inisiatif demi menjaga kesehatan mental karyawannya.

 

Boleh Membawa Pulang Kursi Kantor 

Di awal masa pandemi, ketika pandemi Covid-19 masih merajalela dan Unilever Indonesia menerapkan sistem work from home atau WFH, banyak karyawan mengeluh sakit punggung. Penyebabnya, kursi di rumah mereka tidak sebaik kursi kantor. Itu sebabnya Unilever kemudian mengeluarkan kebijakan dengan mengizinkan karyawan membawa pulang kursi kantor. Langkah sederhana ini ternyata mendapat apresiasi besar dari karyawan. Dengan adanya kursi tersebut, karyawan dapat duduk dengan nyaman dan tak lagi mengalami sakit punggung. 

 

Membentuk Tim ‘Teman Curhat’

Untuk menjaga kesehatan mental karyawan, Unilever juga membentuk tim Mental Health Champion. Mereka yang bertugas menjadi ‘teman curhat’ bagi karyawan. Tim ini tentu dibekali pengetahuan dan keterampilan tentang kesehatan mental. Namun, tim tidak bertindak layaknya psikolog. Mereka hanya sekadar teman curhat. 

 

Mengatur Jam Meeting

Meeting berlebihan seringkali mengganggu kesehatan mental. Oleh karena itu Unilever mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang jam meeting. Jadi, meeting hanya boleh dilakukan pada jam 08.30-12.00 serta jam 13.00-18.00. Saat jam makan siang hingga Jumat siang dan akhir pekan, Unilever melarang karyawannya mengadakan meeting. 

 

Hotline Gratis

Unilever menyediakan saluran hotline gratis. Lewat hotline tersebut, karyawan bisa menyampaikan keluh kesah yang terkait dengan kesehatan mental. “Tahun lalu kami adakan Pojok Curhat secara offline. Kami hadirkan psikolog dan selama tiga hari karyawan bisa berkonsultasi,” imbuh Willy. 

 

Harapannya, kesadaran dan inisiatif Unilever akan pentingnya kesehatan mental karyawan bisa menular ke banyak perusahaan lain. Unilever paham, bukan karyawan dan hanya rekan kerjanya yang bisa toxic, perusahaan pun bisa jadi toxic bagi karyawannya. Ini juga perusahaan mengabaikan kesehatan mental karyawan.

 

QuBisa


More Insight

How we can help your organization?

ONE GML

Subscribe our latest insight and event


CAREERSABOUT USCONTACT US

FOLLOW US

linkedin
fb
ig

© 2024 ONE GML Consulting